SpongeBob SquarePants

Rabu, 28 Januari 2015

Arti Dan Kode Penomoran Lokomotif


Kali ini saya akan membahas mengenai arti dan kode pada lokomotif yang ada di Indonesia. Kalau kita melihat kereta api lewat, kadang kita melihat istilah yang tertera di samping kabin luar kanan & kiri lokomotif yang bertuliskan CC 201 92 12, CC 203 98 08, CC 204 11 01, CC 206 13 48 dsb namun kita tidak mengerti apa arti dari istilah tersebut. Nomor-nomor tersebut merupakan identitas dari masing-masing lokomotif. Bagi yang penasaran, disini saya akan mengulas tentang arti, kode dan istilah-istilah tersebut.

Sebelum saya bahas lebih dalam, saya akan beritahu sedikit tentang system penomoran lokomotif kereta api Indonesia yang memiliki format umum di setiap lokomotifnya. Untuk formatnya kurang lebih seperti ini :
“XX – XXX – XX – XX - XXX”

Format dari penomoran lokomotif tersebut sebenarnya dipisah seperti berikut :
“XX – X-XX – XX – XX - XXX”

Dengan artian :
1.     XX : Jumlah gandar penggerak dan banyaknya penggunaan bogie yang ditulis dalam format huruf.
2.    X-XX : “X” Klarifikasi lokomotif X merupakan peralatan penerus daya yang dimiliki oleh lokomotif dan “XX” merupakan seri atau tipe lokomotif yang ditulis dalam format angka.
3.     XX : Tahun lokomotif mulai dinas ditulis dalam format angka.
4.     XX : Nomor urut lokomotif ditulis dalam format angka.
5.     XXX : Kode dipo Induk ditulis dalam format huruf.
Contoh :
“CC 201 83 11 Dipo Induk PWT”

Keterangan :
CC : Menggunakan 2 bogie (huruf C-nya ada 2) dengan masing-masing tiga gandar penggerak.
2-01 : “2” Tipe lokomotif diesel elektrik dan seri lokomotif tipe “01”
83 : Tahun pertama dinas tahun 1983
11 : Nomor urut ke 11
Dipo Induk PWT : Kode kepemilikan loko di Dipo Lokomotif Purwokerto.

Untuk lebih jelas lagi, ada beberapa klarifikasi sebagai berikut :

  • Klarifikasi jumlah gandar penggerak (lihat kode CC) :
A : Untuk satu gandar penggerak
B : Untuk dua gandar penggerak
C : Untuk tiga gandar penggerak
D : Untuk empat gandar penggerak

  • Klarifikasi peralatan penerus daya (liat kode 201) :
1 : Untuk lokomotif diesel
2 : Untuk lokomotif diesel elektrik
3 : Untuk lokomotif diesel hidrolik
4 : Untuk lokomotif diesel multipower (lokomotif diesel elektrik yang dilengkapi dengan pantograph atau shoe gear seperti lokomotif listrik).
Seri atau tipe lokomotif memiliki bentuk dan spesifikasi tersendiri sehingga bdapat dilihat secara langsung bentuk lokomotifnya seperti apa spesifikasi yang dimiliki lokomotif tersebut.”

  • Klarifikasi tahun dinas lokomotif (lihat kode 83) :
Tahun lokomotif mulai beroperasi diambil dua angka terakhir, misalnya 1983 sehingga yang diambil hanya 83 nya saja. Dalam penomoran lokomotif kereta api Indonesia dahulu tidak diantumkan kode tahun lokomotif. Namun seiring berjalannya waktu, dilakukan penomoran tahun lokomotif yang gunanya untuk mengetahui sudah berapa lama lokomotif tersebut berdinas sehingga dapat diketahui kemampuan dan kekuatan lokomotif berdasarkan factor umur dan perkembangannya.

  • Klarifikasi nomor urut lokomotif (lihat kode 11) :
Penomoran urut lokomotif dilihat berdasarkan urutan diproduksinya lokomotif atau tibanya lokomotif di Indonesia.

  • Klarifikasi Dipo Induk (lihat kode PWT) :
Yakni tempat bernaung atau kepemilikan dari suatu lokomotif.  Ada beberapa Dipo yang mempunyai hak kepemilikan lokomotif, yakni :
JNG : Jatinegara
THB : Tanahabang
BD : Bandung
CN : Cirebon
SMC : Semarang Poncol
PWT : Purwokerto
YK : Yogyakarta
MN : Madiun
SDT : Sidotopo
MDN : Medan
KPT : Kertapati
TNK : Tanjung Karang

Nah, udah jelaskan :D
Itu system penomoran baru. Kalo penomoran yang lama ada lagi.

Sistem penomoran lokomotif dahulu :
“XX – XXX – XXX – XXX”

Dengan artian :
1.     XX : Jumlah gandar penggerak dan banyaknya penggunaan bogie yang ditulis dalam format huruf
2.     X-XX : “X” Klarifikasi lokomotif X merupakan peralatan penerus daya yang dimiliki oleh lokomotif dan “XX” merupakan seri atau tipe lokomotif yang ditulis dalam format angka.
3.     XXX : Nomor urut lokomotif ditulis dalam format angka.
4.     XXX : Kode dipo Induk ditulis dalam format huruf.

Contoh :
“CC 201 78 JNG”

CC : Menggunakan 2 bogie (huruf C-nya ada 2) dengan masing-masing tiga gandar penggerak.
2-01 : “2” Tipe lokomotif diesel elektrik dan seri lokomotif tipe “01”
78 : Nomor urut ke 78
Dipo Induk JNG : Kode kepemilikan lokomotif Dipo Induk Jatinegara

Pengertiannya masih sama kaya yang baru. Yang membedakan cuma nomor urutnya aja. Asalkan tahu perhitungannya pasti ga susah koq, hehe :D

Ada sedikit tambahan lagi nih, gan. Tadi yang barusan dibahaskan lokomotif CC, sekarang giliran lokomotif BB nih. Ga usah panjang lebar yang penting ngerti :D

Contoh :
“BB 304 18 THB”

Dengan artian :
BB : Menggunakan 2 bogie (huruf B-nya ada 2) dengan masing-masing dua gandar penggerak
304 : Tipe lokomotif hidrolik dan seri lokomotif nomor 04
18 : Nomor urut ke 18
THB : Dipo kepemilikan lokomotif Dipo Induk Tanahabang

Buat perhitungannya masih sama koq, masih sama kaya yang tadi :D hehe
Sekian postingan dari saya, kalo sekiranya ada kekurangan atau kelebihan segera dilakukan perbaikan. Terima kasih.



Selasa, 27 Januari 2015

Sejarah Kereta Api Indonesia

Sejarah perkeretaapian di Indonesia diawali dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan kereta api di desa Kemijen, Jumat tanggal 17 Juni1864, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh "Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij" (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867. Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Samarang-Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang - Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA di daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864 - 1900 tumbuh dengan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 km, tahun 1870 menjadi 110 km, tahun 1880 mencapai 405 km, tahun 1890 menjadi 1.427 km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 km.

Selain di Jawa, pembangunan rel KA juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di Sulawesi juga telah dibangun jalan KA sepanjang 47 Km antara Makasar-Takalar, yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923, sisanya Ujungpandang-Maros belum sempat diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat dibangun, studi jalan KA Pontianak -Sambas (220 Km) sudah diselesaikan. Demikian juga di pulau Bali dan Lombok, juga pernah dilakukan studi pembangunan jalan KA.

Kereta api pertama di Indonesia dibangun tahun 1867 di Semarang dengan rute Semarang - Tanggung yang berjarak 26 km oleh NISM, N.V. (Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij) dengan lebar jalur 1.435 mm (lebar jalur SS - Staatsspoorwegen adalah 1.067 mm atau yang sekarang dipakai), atas permintaan Raja Willem I untuk keperluan militer di Semarang maupun hasil bumi ke Gudang Semarang. Kemudian dalam melayani kebutuhan akan pengiriman hasil bumi dari Indonesia, maka Pemerintah Kolonial Belanda sejak tahun 1876 telah membangun berbagai jaringan kereta api, dengan muara pada pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Tanjung Perak Surabaya. Semarang meskipun strategis, tetapi tidak ada pelabuhannya untuk barang, sehingga barang di kirim ke Batavia atau Soerabaja.

Gambaran keadaan kereta api di Indonesia pada masa djaman doeloe perlu dilestarikan, sehingga generasi mendatang bisa menghayati dan betapa pentingnya pembangunan kereta api. Memang pada masa itu nama kereta api sudah tepat, karena kereta dijalankan dengan api dari pembakaran batu bara atau kayu. Sedangkan sekarang sudah memakai diesel atau listrik, sehingga lebih tepat kalau disebut kereta rel, artinya kereta yang berjalan di atas rel dengan diesel ataupun listrik. i
Informasi tahun 1875 - 1925 mungkin sudah susah dijumpai di perpustakaan, oleh sebab itu uraian ini sangat tepat dan perlu diinformasikan kepada generasi muda.

Pengembangan jaringan rel kereta api 1875 - 1925 dalam 4 tahap, yaitu:
             1875 - 1888,
             1889 - 1899,
             1900 - 1913
             1914 - 1925.

Jaringan setelah tahun 1875 hingga tahun 1888
Pembangunan Tahap I terjadi tahun 1876-1888. Awal pembangunan rel adalah 1876, berupa jaringan pertama di Hindia Belanda, antara Tanggung dan Gudang di Semarang pada tahun 1876, sepanjang 26 km. Setelah itu mulai dibangun lintas Semarang - Gudang. Pada tahun 1880 dibangun lintas Batavia (Jakarta) - Buitenzorg (Bogor) sepanjang 59 km, kemudian dilanjutkan ke Cicalengka melalui Cicurug - Sukabumi - Cibeber - Cianjur - Bandung. Pada tahun 1877 dibangun lintas Kediri - Blitar, dan digabungkan dengan lintas Surabaya - Cilacap lewat Kertosono - Madiun - Solo, dan juga lintas Jogya - Magelang.
Hingga tahun 1888 jaringan rel terbangun adalah:
             Batavia - Buittenzorg - Sukabumi - Bandung - Cicalengka
             Batavia - Tanjung Priok dan Batavia - Bekasi
             Cilacap - Kutoarjo - Yogya - Solo - Madiun - Sidoarjo - Surabaya
             Kertosono - Kediri - Blitar
             Sidoarjo - Malang dan Bangil - Pasuruan - Probolinggo
             Solo - Purwodadi - Semarang dan Semarang - Rembang
             Tegal - Balapulang
Jaringan setelah tahun 1889 hingga tahun 1899 Hingga tahun 1899 jaringan rel terbangun adalah:
             Djogdja - Tjilatjap
             Soerabaja - Pasoeroean - Malang
             Madioen - Solo
             Sidoardjo - Modjokerto
             Modjokerto - Kertosono
             Kertosono - Blitar
             Kertosono - Madioen - Solo
             Buitenzorg (Bogor) - Tjitjilengka
             Batavia - Rangkasbitung
             Bekasi - Krawang
             Cicalengka - Cibatu (Garut) - Tasikmalaya - Maos - Banjarnegara
             Cirebon - Semarang dan Semarang - Blora
             Yogya - Magelang
             Blitar - Malang dan Krian - Surabaya
             Sebagian jalur Madura
Jaringan setelah tahun 1899 hingga tahun 1913 Hingga tahun 1913 jaringan rel terbangun adalah:
             Rangkasbitung - Labuan dan Rangkasbitung - Anyer
             Krawang - Cirebon dan Cikampek - Bandung
             Pasuruan - Banyuwangi
             Seluruh jaringan Madura
             Blora - Bojonegoro - Surabaya
Jaringan setelah tahun 1813 hingga tahun 1925 Hingga tahun 1925 jaringan rel terbangun adalah:
             Sisa jalur Pulau Jawa
             Elektrifikasi Jatinegara - Tanjung Priok
             Elektrifikasi Batavia - Bogor:
             Sumatera Selatan: Panjang - Palembang dan
             Sumatera Barat: sekitar Sawahlunto dan Padang
       Sumatera Utara: Tanjung Balai - Medan - Pematangsiantar; dan Medan - Belawan - Pangkalansusu.
             Sulawesi: Makasar - Takalar dan rencana Makasar - Maros - Sinkang
             Sulawesi Utara: rencana Manado - Amurang
             Kalimantan: rencana Banjarmasin - Amuntai; dan rencana Pontianak - Sambas.

Untuk Kalimantan dan Sulawesi tidak terlaksana karena baru akan dimulai dibangun tahun 1941 dan Perang Dunia II meletus.
Masa Pembangunan Stasiun Berikut daftar stasiun besar:
1.            Stasiun Karanganyar - 1875
2.            Stasiun Jakarta Kota - diresmikan 1929
3.            Stasiun Tanjung Priok - 1914
4.            Stasiun Gambir (dulu Weltevreden) - 1914
5.            Stasiun Jatinegara (dulu Meester Cornelis)
6.            Stasiun Manggarai - 1969
7.            Stasiun Pasar Senen - 1916
8.            Stasiun Cikampek - 1894
9.            Stasiun Bogor - 1880
10.          Stasiun Bandung - 1887
11.          Stasiun Yogyakarta - 1887
12.          Stasiun Solo Balapan - 1876
13.          Stasiun Semarang Tawang - 1873
14.          Stasiun Cirebon - 1920
15.          Stasiun Madiun - 1897
16.          Stasiun Purwokerto - 1922
17.          Stasiun Malang - 1941
18.          Stasiun Surabaya Kota - 1878 dan renovasi 1911
19.          Stasiun Surabaya Gubeng - 1913
20.          Stasiun Pasar Turi - 1938

Apakah Kau Tahu ?

Untuk menambah pengetahuan tentang kereta api Indonesia, bahwa :

- Ada 5 ukuran lebar sepur (jarak antara sisi dalam rel dengan rel satunya) yang pernah digunakan di Indonesia sejak jaman Hindia Belakanda hingga saat ini, yaitu : 1.435mm (NISM), 1.188mm (BTM), 1.067 (SS), 750mm (ASS), dan 600mm (SS).
- Upacara pembangunan jalur rel pertama dilakukan pada tanggal 7 juni 1864 di desa Kemijen (Semarang), pengerukan tanah pertama dilakukan oleh Mr. J.A.J Baron Sloet van Beele.
- Tanggal 10 Agustus 1867 lintas Kemijen – Tanggung sepanjang 25 Km dibuka untuk umum, ini merupakan jalur umum pertama yang dibuka di Indonesia.
- Jaringan rel Tanjung Priok – Jakarta dibuka pada tahun 1884.
- Jaringan rel Jakarta-Duri-Rangkasbitung-Cilegon-Anyerkidul dibuka pada tahun 1899.
- Jaringan rel Duri – Tangerang dibuka pada tahun 1900.
- Jalur Yogyakarta – Solo pernah memiliki 3 bentang rel pada tahun 1905, agar 2 macam kereta yang memiliki lebar sepur berbeda dapat melaluinya (1.067 mm dengan 1.435mm).
- Jaringan rel di pulau Madura mulai dibangun tahun 1896 oleh Madura Stoomtram Maatschappij (MSM).
- Jaringan rel di pulau Sulawesi selesai dibangun tahun 1922 dengan total jarak adalah 47 Km yang menghubungkan kota Ujung Pandang dengan Takalar.
- Stasiun tertinggi adalah stasiun Cikajang yang terletak 1.246 meter dari permukaan laut.
- Kereta api listrik pertama kali dioperasikan tanggal 6 April 1925 pada jalur Tanjung Priok – Jatinegara,
- Sejak tahun 1894 Jakarta – Surabaya mulai terhubung rel, dengan rute Jakarta-Bogor-Yogyakarta-Surakarta-Surabaya. Dan sejak tahun 1912 terhubung dengan rute Jakarta-Cirebon-Semarang-Bojonegoro-Surabaya.
- Jalur kereta pertama di Jakarta dibuka tahun 1871 dari Pasar Ikan ke Gambir, 1872 dari Gambir ke Jatinegara.
- Tanggal 31 Januari 1873 jalur Jatinegara – Bogor diresmikan, pembangunannya menghabiskan dana 3.193.700,00 Poundsterling.
- Rute Jakarta – Bogor dimulai dari stasiun Pasar Ikan, Jakarta Kota, Sawah besar, Pintu Air (Noordwijk), Gambir, Pegangsaan, Jatinegara, Pasar Minggu, Lenteng Agung, Pondok Cina, Depok, Citayam Bojong Gede, Cilebut dan berakhir di Bogor.
- Jembatan tertinggi adalah jembatan yang melalui lembah Cisomang. Tinggi permukaan rel ke dasar lembah sejauh 100m.
- Terowongan terpanjang adalah terowongan Wilhelmina sejauh 1.116 meter pada lintasan Banjar – Cijulang.


Sekian beberapa informasinya.

Senin, 26 Januari 2015

Sejarah Singkat Kereta Api Langsam


Kereta Api Langsam atau Lokal Rangkas merupakan kereta api local ekonomi dengan penumpang yang paling diminati masyarakat Banten. Sebelumnya kereta api ini melayani relasi Pasarsenen/Jakarta Kota – Rangkasbitung PP, kemudian diperpendek menjadi Tanahabang – Rangkasbitung PP dan akhirnya menjadi Rangkasbitung – Angke PP tanpa berhenti di Stasiun Tanahabang.

Nama “Langsam” sendiri diambil dari singkatan Langsung Sampai. Namun ada juga yang mengartikan nama Langsam berasal dari bahasa Belanda “Langzaam” yang berarti pelan atau lambat. Untuk tiket KA ini bisa dibilang sangat murah. Yakni hanya berkisar Rp. 1500 sampai Rp. 2000 untuk sekali jalan. Hal ini terbukti dengan berangkatnya KA ini selalu ramai dan penuh.

KA Langsam berada dibawah naungan Daop 1 Jakarta yang berhenti di tiap Stasiun dan pos pemberhentian, kecuali Cicayur, Rawabuntu, Jurang Mangu dan Tanahabang melintas langsung.

Untuk starformasi rangkaian dan lokomotif, pada umumnya kereta api ini membawa 7-10 kereta berkelas ekonomi yang sebagian modifikasi dari KRD MCW 301/MCW 302, 1 KP3/KMP3 dan 1 B sebagai aling-aling. Sebelumnya, beberapa tahun yang lalu kereta api ini ditarik oleh lokomotif BB 303, BB 304 dan BB 306 hingga sampai tahun 90-an lok ini diturun pangkatkan menjadi lok langsir. Awalnya BB 304 menarik rangkaian panjang, BB 303 dan BB 306 menarik rangkaian pendek. Sampai akhirnya di akhir tahun 90-an hingga awal tahun 2000-an, KA ini mulai ditarik lok CC 201. Walaupun sebagian sudah ditarik lok CC 201, lok BB 304 masih tetap eksis berdinas.  Sekitar  tahun 2011 lok ini harus turun pangkat dikarenakan oleh factor usia yang sudah tua dan akhirnya sejumlah lok CC 201 dari Dipo Induk Jatinegara didatangkan ke Tanahabang untuk mengambil alih tugas BB 304. Sejak ditarik oleh lok CC 201, lok CC 203 pun berdatangan untuk menarik KA tersebut dan tak menutup kemungkinan lok-lok dari Dipo lain pun kadang menarik KA tersebut.

Kini 80% nayoritas KA ini sudah dilengkapi dengan AC dan Stop Kontak. Kecuali KRD MCW 301/302 yang belum dilengkapi AC dikarenakan masalah pintu yang tidak dapat tertutup rapat.

Ada beberapa jenis kereta yang digunakan oleh KA Langsam, yakni :
K3 biasa dengan toilet, menggunakan AC berkapasitas 106 penumpang untuk kursi kulit, 80 penumpang untuk kursi plastic.
K3 biasa tanpa toilet, menggunakan AC, berkapasitas 80 penumpang (kursi plastic).
K3 ex KRD MCW 301, tanpa toilet dan AC, 2 pintu per sisi  tangga, kapasitas 106 penumpang (duduk dan berdiri).
K3 ex KRD MCW 302, tanpa toilet dan AC, 3 pintu per sisi dengan pijakan kaki, kapasitas 106 penumpang (duduk dan berdiri).
Kereta bagasi biasa atau ex KRD MCW 301.
Kereta pembangkit (KP3) biasa atau KP3 ex KRD MCW 301/302.
Kereta makan pembangkit (KMP3).
Note :
Menggunakan KMP3 tidak difasilitasi layanan makanan dan minuman, hanya berfungsi sebagai generator listrik.
Bagasi adalah aling-aling (bukan untuk peunmpang) dan pintu dikunci sehingga tidak bisa dibuka.

Jumat, 21 November 2014

NR (Si Kereta Penolong)


Disini saya akan bercerita sedikit tentang kereta penolong atau biasa disebut NR. Kebetulan pict yang diatas adalah gambaran dari rangkaian NR milik Dipo Induk Jatinegara, dimana pada tahun 2006 rangkaian ini pada bodinya (eksterior) yang mirip dengan motif warna kereta eksekutif yang berwarna putih abu-abu dan bergaris biru muda dan biru tua ditengahnya atau disebut dengan era perumka.

Kereta ini biasa beroperasi untuk membantu memecahkan masalah jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, entah itu anjlok, gerbong yang mengalami patah as roda, hingga PLH.
Semua orang, baik masyarakat atau pegawai PT. KAI pun tak mau kalau rangkaian ini keluar Dipo dan berharap rangkaian ini cukup beristirahat saja di dalam Dipo. Tapi, apalah jadinya bila di suatu tempat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan? Mau tidak mau ya dia harus keluar. Jadi tak kelak lagi apabila kereta ini harus siap siaga selama 24 jam setiap hari dalam kondisi dan situasi apapun. Baik untuk kereta nya maupun untuk crew yang bertugas.
Bisa dibilang kereta ini adalah kereta yang paling jarang berdinas. Walaupun ia jarang berdinas, disisi lain ia harus selalu siap bertugas jika ada hal-hal yang tidak diinginkan baik itu pagi, siang, sore atau malam hari.

Bekerja dengan waktu yang tak jelas, membuat kereta ini harus dilengkapi dengan berbagai macam amunisi. Tak hanya peralatan (tool kit) saja yang ada di dalamnya. Tapi alat-alat memasak seperti kompor gas, panci, wajan, teko, piring, sendok, garpu, dll juga ada di dalam kereta ini sebagaimana layaknya dapur di rumah. Selain dapur, bahkan matras dan tempat tidur lipat pun tersedia untuk para crew-crew yang bersitirahat.

Kembali ke sejarah :D

Sejak tahun 2010, kereta ini mengalami perubahan yang sangat pesat baik di eksterior maupun interior. Untuk eksterior yang awalnya bermotif kelas eksekutif, kini diganti dengan motif background kuning dan bergaris orange putih di tengahnya. Interiornya pun mengalami perubahan seperti terdapat ruang tempat tidur bertingkat, AC, toilet, serta fasilitas yang lainnya.

Senin, 17 November 2014

Daftar Kereta Bisnis Yang Dimodifikasi Menjadi Bagasi

Seiring berjalannya waktu, secara perlahan-lahan keberadaan kereta bisnis mulai menghilang. Menghilangnya kereta bisnis entah itu dijadikan kawis, bagasi, sampai aling-aling sehingga penggunaan jumlah rangkaian yang masih utuh hanya tinggal beberapa persen saja.

Nah, oleh karena itu disini saya akan sedikit berbagi info tentang beberapa kereta bisnis yang dimodifikasi menjadi bagasi dengan ketentuan yang sudah tertera dibawah :

K2 0 65 04 ex K2 65504 MN *Mdf B 0 65 03
K2 0 65 08 ex K2 65508 MN *Mdf B 0 65 04
K2 0 66 02 ex K2 66505 BW *Mdf B 0 66 03
K2 0 66 03 ex K2 66506 BW *Mdf B 0 66 04
K2 0 66 10 ex K2 66803 JAKK *Mdf B 0 80 02
K2 0 78 06 ex K2 78506 CN *Mdf B 0 78 08
K2 0 78 07 ex K2 78507 CN *Mdf B 0 78 05
K2 0 78 12 ex K2 78513 PWT *Mdf B 0 78 03
K2 0 78 27 ex K2 78528 CN *Mdf B 0 78 09
K2 0 78 28 ex K2 78529 CN *Mdf B 0 78 07
K2 0 78 31 ex K2 78532* YK *Mdf B 0 78 06
K2 0 78 32 ex K2 78533 BW *Mdf B 0 78 12
K2 0 78 33 ex K2 78534 BW *Mdf B 0 78 13
K2 0 78 37 ex K2 78538 SLO *Mdf B 0 78 11
K2 0 78 50 ex K2 78548 PWT *Mdf B 0 78 04
K2 0 78 51 ex K2 78715 SMC *Mdf B 0 78 31
K2 0 80 01 ex K2 80502 SLO *Mdf B 0 80 02
K2 0 80 12 ex K2 80514 SDT *Mdf B 0 80 04
K2 0 80 13 ex K2 80515 SDT *Mdf B 0 80 05
K2 0 80 15 ex K2 80517 SLO *Mdf B 0 80 07
K2 0 80 28 ex K2 80530 JAKK *Mdf B 0 80 03
K2 0 81 16 ex K2 81526 CN *Mdf B 0 81 04
K2 0 81 17 ex K2 81527 BW *Mdf B 0 81 05
K2 0 82 01 ex K2 82501 BD *Mdf B 0 82 12
K2 0 82 02 ex K2 82502 BD *Mdf B 0 82 14
K2 0 82 05 ex K2 82505 BD *Mdf B 0 82 13
K2 0 82 16 ex K2 82516 JAKK *Mdf B 0 82 16
K2 0 82 18 ex K2 82518 YK *Mdf B 0 82 05
K2 0 82 19 ex K2 82519 YK *Mdf B 0 82 06
K2 0 82 26 ex K2 82526 YK *Mdf B 0 82 09
K2 0 82 30 ex K2 82530 YK *Mdf B 0 82 07
K2 0 82 31 ex K2 82531 YK *Mdf B 0 82 10
K2 0 82 32 ex K2 82532 YK *Mdf B 0 82 17
K2 0 82 33 ex K2 82533 YK *Mdf B 0 82 15
K2 0 82 49 ex K2 82549 BD *Mdf B 0 82 11
K2 0 82 64 ex K2 82565 CN *Mdf B 0 82 18
K2 0 82 65 ex K2 82566 YK *Mdf B 0 82 08
K2 0 85 04 ex K2 85504 SLO *Mdf B 0 85 01
K2 0 85 05 ex K2 85505 SLO *Mdf B 0 85 02
K2 0 86 02 ex K2 86502 BD *Mdf B 0 86 03
K2 0 86 04 ex K2 86504 BD *Mdf B 0 86 01
K2 0 86 05 ex K2 86505 BD *Mdf B 0 86 05
K2 0 86 09 ex K2 86509 BD *Mdf B 0 86 04
K2 0 86 16 ex K2 86516 BD *Mdf B 0 86 02
K2 0 91 01 ex K2 91501 SMC *Mdf B 0 91 04
K2 0 91 02 ex K2 91502 SMC *Mdf B 0 91 02
K2 0 91 04 ex K2 91505 SMC *Mdf B 0 91 03
K2 0 91 07 ex K2 91509 SMC *Mdf B 0 91 05
K2 0 91 08 ex K2 91510 SMC *Mdf B 0 91 01