Pada suatu hari ada seorang anak
yang bernama Denis. Ia terkenal sangat nakal dan tidak bisa diatur. Dan kedua teman
Denis yaitu Baron dan Galuh. Mereka juga terkenal sangat nakal sama seperti
Denis. Mereka bertiga bersekolah di sebuah Sekolah Menengah Kejuruan 1 Jakarta.
Suatu ketika,
mereka bertiga berjalan-jalan di malam hari. Sesampai tengah malam, mereka
melihat sebuah stasiun kereta api yang sangat seram yang diperkirakan sudah
lama tidak digunakan. Karena saking penasaran, mereka bertiga memasuki stasiun
kereta api tersebut. “Hai teman-teman tempat apa itu? Gua penasaran, bagaimana
kalau kita masuk” ajakan Denis. Awalnya teman Denis, Baron dan Galuh tidak mau
masuk “Nis, kita pulang aja deh, perasaan gua gak enak nih” kata Galuh. Denis
pun berkata “Ah penakut lu,cemen banget sih lu jadi orang. Kalo lu takut
ngapain lu berdua berteman sama gua. Mending pulang aja lu sana. Anak cemen”.
Karena mereka berdua tidak mau dikatakan cemen oleh temannya sendiri, akhirnya
mereka pun menyetujui untuk masuk ke stasiun tersebut. “Iya iya kita masuk”
kata Baron. “Nah gitu dong, itu baru temen gua” seruan Denis dengan rasa
gembira.
Akhirnya
mereka bertiga pun memasuki stasiun tersebut. Dengan perlahan-lahan mereka
menjejaki kakinya menuju stasiun yang menyeramkan tersebut. Ketika mereka
memasuki stasiun tersebut, Galuh berkata “Kita pulang aja yuk, perasaan gua gak
enak nih” dengan rasa gemetar ketakutan. Mendengar Galuh berkata begitu, Denis
pun berkata “Ah jadi orang penakut banget sih lu ”. Karena tidak mau dikatakan penakut, akhirnya
Galuh pun hanya diam dan membisu.
Ketika sedang
asyik melihat-lihat, banyak kelelawar yang keluar berterbangan di langit-langit
stasiun tersebut yang membuat suasana semakin menyeramkan. Dengan rasa
ketakutan, mereka tetap terus melihat-lihat sampai ke ujung paling dalam.
“Tempat ini gelap banget, gua gak bisa liat apa-apa nih” ujar Baron. Denis pun
berkata “Kebetulan banget gua bawa senter, jadi tenang aja lu berdua gak usah
takut”. “Iya iya bawel lu” kata Galuh.
Sesampai di
dalam, mereka menuju peron stasiun dan seketika melihat sebuah cahaya mendengar
suara klakson kereta api yang akan melintas. “Lho, cahaya apa itu ? Disini ada
kereta api yang lewat ? Bukannya stasiun ini dah lama gak dipake” tanya Galuh
dengan rasa penasaran. Ternyata benar
dugaan Galuh bahwa ada kereta api yang melintas di stasiun ini dan singgah di
stasiun ini. “Kereta api No 103 ? Kayanya gua pernah denger cerita misteri
tentang kereta ini deh. Tapi kapan ya? Gua lupa” ujar Danis dengan rasa heran.
Setiba di
stasiun tersebut, kereta api tersebut berhenti dan membuka pintunya bagaikan
sebuah kereta api yang sedang menunggu penumpang. Namun tanpa disadari, Denis
dan kawan-kawannya menaiki kereta api misteri tersebut. Sesudah mereka menaiki
kereta api, pintu kereta api tersebut langsung tertutup dan dengan
perlahan-lahan kereta api meninggalkan stasiun.
Kereta api
berjalan semakin cepat dan cepat. Di pertengahan jalan, mereka tersadar bahwa
mereka telah berada di kereta api tersebut. “Lho, kita ada dimana ini?” tanya
Baron. Denis pun menjawab “Kayanya kita ada di kereta deh” ujar Denis. “Kenapa
kita bisa ada disini, kalian tau gak ini kereta mau kemana?” tanya Galuh dengan
rasa takut. “Mana gua tau” kata Denis. “Koq kereta penumpang, gak ada
penumpangnya ya?”tanya Baron di dalam hati.
Dengan rasa
takut, Galuh berkata “Temen-temen, gua takut nih”. Denis pun menjawab “Tenang
aja gak usah takut, kita masih bisa pulang koq”. Mereka merasa heran, karena
kereta api tersebut tidak berpenumpang. Sesaat di dalam kereta, kemudain kereta
api tersebut menimbulkan beberapa keanehan-keanehan yang tidak lazim yang tidak
biasanya dilakukan oleh kereta api pada umumnya. Lampu pada langit-langit
berkedip-kedip dengan cepat yang menimbulkan mereka merasa ketakutan. “Kenapa
ini, ada apa ini?” tanya Baron dengan rasa takut. “Ngga bukan apa-apa, kereta api
model kaya gini udah sering ngalamin yang kaya ginian. Santai aja” ujar
Denis dengan rasa sombong dan sok pemberani. Kemudian kedua teman Denis kembali
tenang dan diam saat mendengar Denis berbicara. Tetapi mereka berdua masih
memliki rasa takut yang masih menghantui mereka. “Biar gak takut mending kita
duduk dulu, kalo sampe stasiun selanjutnya baru kita turun” sahut Denis.
Kemudian mereka duduk tenang menunggu stasiun pemberhentian selanjutnya.
Namun ketika
mereka sedang asyik duduk-duduk dan bersantai, muncullah keanehan-keanehan
lainnya pada kereta api yang sedang mereka naiki tersebut. Setelah muncul
keanehan lampu berkedip-kedip secara tiba-tiba, muncul keanehan yang lainnya.
Kenaehan ini berbeda dari yang sebelumnya. Keanehan ini berupa mengeluarkan bau
telur busuk yang menyengat sehingga hal ini sangat mengagetkan mereka. Mereka
yang sedang bersantai dalam kereta api langsung segera terbangun dan segera
untuk berpindah ke rangkaian gerbong berikutnya. “Wah temen-temen, bau apa ini”
tanya Galuh sambil merasa ketakutan. Baron pun menjawab “Bau telur busuk ini.
Darimana asal bau telur busuk ini” sambil gemetar ketakutan. Karena mereka
terlihat sangat ketakutan, mereka semua langsung bangkit dan berlari menuju
rangkaian gerbong selanjutnya. Walaupun mereka sudah berpindah berkali - kali,
namun bau telur busuk itu selalu mengikuti mereka. “Temen-temen, gua dah gak
kuat nih”ujar Galuh sambil ngos-ngosan kecapean. “Daripada kita bolak-balik
terus, mending kita cari sumbernya dimana asal bau telur busuk ini”ujar Denis.
“Setuju” sahut Baron. Akhirnya mereka pun mengintrogasi sumber bau telur busuk
dari gerbong per gerbong. Mereka mencari sumber bau tersebut sangat teliti.
Hampir 1 jam mereka mencari sumber bau teesebut namun belum ditemukan sehingga
mereka menjadi heran dan penasaran. “Sumber bau telur busuk ini dari mana
asalnya ya” tanya Denis dengan penuh rasa bingung.
Laju kereta
api yang melebihi batas ambang kecepatan, membuat mereka bertambah takut.
Mereka menjerit ketakutan, sementara Denis tetap tenang untuk menenangkan
teman-temannya yang sedang ketakutan. “Woi, udah diem-diem berisik” ujar Denis.
Denis berusaha tuk menenangkan teman-temannya, namun Baron dan Galuh masih
menjerit ketakutan. Karena Denis merasa kesal, akhirnya ia berusaha
menakut-nakuti teman-temannya.
“Eh iya gua
baru inget, lu berdua tau ga kereta apa yang lagi kita naikin?”tanya Denis
kepada teman-temannya dengan tatapan raut wajah yang serius. “Ga Den, dah lu
gak usah tanya-tanya yang kaya gitu. Gak penting” ujar Baron dengan rasa takut.
“Kereta yang kita naikin ini kereta hantu” sahut Denis dengan tampang yang
serius. “Ah, jangan nakut-nakutin kita dong Den” kata Galuh. “Sini gua ceritain
asal-usul kereta ini. Sekitar 25 tahun yang lalu, ada sebuah kecelakaan kereta
api yang sangat parah. Kecelakaan itu terjadi pada malam hari ketika sedang
terjadi sebuah hujan lebat yang disertai kilat-kilat yang menyambar. Ketika
sedang melintas pada sebuah jembatan yang sangat besar dan sangat panjang, kereta api tersebut terguling dan jatuh dari
atas jembatan yang sangat tinggi dan besar karena kondisi rel yang licin dan
basah sehingga semua orang mati seketika. Tak ada penumpang yang selamat
satupun. Mereka mati dalam keadaan yang mengenaskan sehingga menimbulkan bau
bangkai yang sangat busuk dan menyengat. Konon, setelah kecelakaan itu terjadi,
bangkai kereta api tersebut belum ditemukan sampai sekarang. Setiap pukul 11
malam jum’at kliwon, di stasiun yang tadi, yang sudah lama tidak terpakai
kadang terdengar seperti ada suara kereta api yang melintas. Dan gua yakin
kereta api itu ini. Kereta api nomor 103. Kata orang-orang dahulu, jika ada
orang yang naik kereta api ini, dikatakan akan hilang dari dunia ini dan tak
akan pernah kembali. Untuk selamanya” sahut Denis dengan tatapan mata penuh
keseriusan.
Mereka berdua
menjerit ketakutan ketika mendengar cerita yang Denis ceritakan. “Jangan bikin
kita takut dong Den”sahut Galuh. “Berarti kalo gak akan kembali lagi ke dunia,
kita akan mati dong. Emak Baron pengen pulang”sahut Baron dengan penuh rasa
cemas dan menjerit ketakutan. Melihat
teman-temannya ketakutan, Denis semakin menjadi-jadi untuk berusaha
menakut-nakuti teman-temannya itu. “Kalian tau gak, kita akan dibawa kemana?”
tanya Denis. “Kemana Den, kita takut nih” sahut Baron. “Kita akan dikirim ke neraka”
ujar Denis. “Huwaa” Baron dan Galuh menjerit ketakutan. Denis hanya tertawa
melihat teman-temannya ketakutan. “Koq lu malah ketawa, disini bukan kita aja
yang kejebak, lu juga sama Den” kata Baron sambil kesal melihat tingkah
temannya itu. Denis pun menjawab “Ya kita mau gimana lagi, kenyataannya kita
udah terlanjur masuk dan kejebak di sini, ya udah tinggal nunggu waktu aja”.
Dengan rasa takut dan kesal, Galuh pun berkata “Lu dah gila ya, kita itu
terjebak dan terancam mati Den. Mati!!!”.
Laju kereta
api semakin tidak jelas dan mereka juga tidak tahu mereka akan dibawa kemana.
Setelah muncul keanehan berupa lampu yang berkedip-kedip dan bau telur busuk
yang menyengat, muncul kembali keanehan yang lainnya, yaitu berupa suara alunan
musik dari rangkaian gerbong lainnya. Hal ini membuat mereka semakin takut dan
merinding. Sebenarnya Denis pun merasa ketakutan, tapi ia menyembunyikan
ketakutan itu kepada teman-temannya agar ia terlihat lebih pemberani. Lampu
yang berkedip-kedip semakin menjadi-jadi, bau telur busuk yang menyengat dan
suara alunan musik yang misterius membuat mereka semakin ketakutan.
Kejadian-kejadian itu menjadi satu sehingga menimbulkan suasana di kereta api
tersebut semakin menyeramkan dan mencekam. Karena Denis tidak kuat menahan rasa
takutnya itu, akhirnya ia pun menjerit ketakutan dan lari sambil menangis ingin
pulang. Melihat temannya menangis ketakutan, Baron dan Galuh langsung lari
mengejar Denis sambil berusaha untuk menenangkan Denis. Walaupun merasa
ketakutan, namun mereka harus tetap mengejar temannya tersebut.
Setelah Denis
berhasil ditangkap dan ditenangkan, mereka beristirahat sejenak melepas rasa
takut dan lelah. “Den tenang, gak usah takut. Disini bukan lu aja yang takut.
Tapi kita semua juga takut. Jadi lu tenang ya. Habis ini kita cari
sumber-sumber keanehan ini” ujar Baron. Setelah beristirahat, mereka langsung
mengintrogasi sumber-sumber keanehan tersebut. Gerbong per gerbong mereka lacak
satu persatu-satu dan tempat pertempat sekecil apapun mereka cari dengan teliti
dan serius. Namun semua keanehan itu tidak ditemukan, meskipun telah memeriksa
sampai tempat-tempat sempit pun. Suasana
malam makin mencekam. Kemudian diikuti dengan turun hujan lebat dan kilat yang
menyambar yang membuat suasana makin menyeramkan sehingga mereka semakin takut.
Namun, meskipun sampai tengah malam misteri itu belum dapat terpecakan, mereka
terus mencari dan mencari sampai misteri itu dapat terselesaikan. Mereka tidak
akan berhenti dan terus mencari sumber keanehan tersebut.
Kecepatan
kereta api yang semakin cepat dan cepat, menyebabkan kereta api bergetar-getar
kencang sehingga Denis dan kawan-kawannya tidak bisa menyeimbangkan badan
mereka. Mereka ketakutan dan menangis sambil menjerit-jerit menyebutkan nama
ibunya. Mereka menyangka bahwa mereka akan mati. Saking takutnya, mereka sampai
berlari-lari karena tidak ingin mati.
Kecepatan
kereta api makin berkurang, keanehan-keanehan nya pun kian berkurang sehinnga
rasa takut dan cemas yang dialami Denis dan kawan-kawan sedikit tenang. Namun,
mereka kaget seketika, ketika melihat berupa cahaya yang sangat terang yang
menyilaukan mata mereka. Mereka menyangka bahwa mereka sampai ke neraka. “Wah
temen-temen, itu cahaya apa? Jangan-jangan kita sampai di neraka!!!”ujar Galuh
dengan penuh rasa ketakutan. Mendengar Galuh berkata begitu, Denis dan Baron
pun menjerit ketakutan. “Ibu, gua pengen pulang!!!”teriak Denis.
Mereka semua
terkejut seketika melihat sebuah cahaya yang berkilauan meyilaukan mata yang
sangat terang. Sambil menjerit-jerit mereka terus merengek-rengek menyebutkan
nama ibunya. Kemudian muncul bayangan seseorang yang lewat dari luar kereta api
yang membuat mereka mejadi semakin takut. Pintu kereta api akhirnya terbuka,
tetapi seperti ada seseorang yang lewat dihadapan mereka sambil membawa sebuah
sekop. Rasa takut mereka kian menjadi-jadi seketika ada orang lewat dihadapan
mereka.
Mereka
menyangka orang tersebut adalah makhluk halus yang akan membunuh mereka,
ternyata orang tersebut adalah seorang karyawan pekerja di sebuah pertambangan.
“Adik-adik ini siapa ya, dan darimana asalnya ?”tanya seseorang karyawan
pertambangan tersebut. “Kita semua dari Jakarta dan kita semua tersesat karena
dibawa oleh kereta ini”ujar Denis. “Bapak bukan hantu kan”tanya Galuh. “Bukan,
bapak bukan hantu, bapak bekerja disini” jawab seorang karyawan tersebut sambil
tersenyum. Akhirnya mereka merasa lega setelah mengetahuinya. Denis bertanya
kepada seorang karyawan tersebut “Pak, ini tempat apa sih pak? Keliatannya
serem banget”. Bapak itu pun menjawab dengan ramah “Ini sebuah tempat
pertambangan adik-adik. Perkenalkan nama saya Pak Kodir. Bapak bekerja disini
sudah hampir 25 tahun” sambil tersenyum. “Oh, Pak Kodir. Pak kenalkan, saya
Denis, dan ini kedua teman saya Baron dan Galuh” ujar Denis dengan penuh
keramah tamahan.
Setelah mereka
berkenalan dan bertanya-tanya, akhirnya mereka bertanya-tanya tentang
keanehan-keanehan yang muncul dari kereta api tersebut. Setelah Pak Kodir
menjelaskan semuanya, akhirnya mereka mengerti bahwa kereta api yang mereka
naiki bukanlah kereta api hantu, tetapi kereta api yang dikhususkan untuk para
karyawan pekerja pertambangan untuk pulang pergi tempat kerja mereka. Dan
mereka pun akhirnya paham bahwa keanehan-keanehan yang terjadi itu seperti
lampu yang terus berkedip-kedip yang sudah terbiasa karena yang dikondisikan
kereta yang cukup tua dan sering mengalami masalah-masalah pada listriknya yang
membuat lampu di setiap rangkaian gerbong tersebut berkedip-kedip bahkan mati
total. Keanehan yang lainnya seperti bau telur busuk ternyata berasal dari
sebuah gerbong restorasi yang berada di depan tepat dekat dengan lokomotif. Dan
keanehan lainnya seperti suara alunan musik yang sangat lembut ternyata berasal
dari lokomotif kereta api tersebut yang biasanya digunakan oleh seorang masinis
untuk menghilangkan rasa penat mereka ketika mengendalikan sebuah kereta api.
Setelah mereka
mendengarkan semua penjelasan yang diberikan Pak Kodir, mereka akhirnya percaya
bahwa tidak ada kereta hantu. “Temen-temen, jadi lu semua percaya kan disini
gak ada kereta hantu” ujar Denis. “Iya.....iya kita tau. Sok tau lu, bukannya
lu yang ngomong sendiri kata lu ini kereta hantu” jawab Baron dengan rasa
kesal. “Iya....iya maaf deh. Hahaha” jawab Denis sambi tertawa. Pak Kodir hanya
terseyum-senyum melihat tingkah mereka. “Ayo adik-adik, biar bapak antar pulang
kalian semua” ujar Pak Kodir.
Denis dan
kawan-kawannya sangat senang sekali karena mereka masih bisa pulang. Mereka
pulang menggunakan kereta api yang sama. Tapi kini mereka tidak takut lagi
dengan kereta api itu. Karena sekarang mereka ditemani oleh Pak Kodir dan
karyawan pekerja yang lainnya yang hendak pulang ke rumahnya masing-masing. Di
tengah perjalanan, mereka menikmatinya dengan riang dan gembira.
Sesampainya di
Jakarta, mereka berpamitan pada Pak Kodir dan karyawan-karyawan yang lainnya.
“Pak, kita semua pulang dulu ya” ujar Baron dengan ramah”. Pak Kodir menjawab
“Iya, hati-hati ya kalian semua”. “Iya Pak. Makasih ya udah mau nganter kita
pulang” ujar Galuh. “Sama-sama” jawab Pak Kodir dengan penuh keramah-tamahan.
Akhirnya
kereta api pun meninggalkan stasiun. Denis dan kawan-kawan melambaikan tangan
dan memberi ucapan selamat tinggal kepada Pak Kodir dan penumpang yang lainnya.
Setelah kereta api diberangkatkan, Denis dan kawan-kawan langsung berlari-lari karena
saking girangnya. Mereka berlari-lari menuju rumah mereka masing-masing.
Sesampainya dirumah masing-masing, mereka seperti biasa membuat kekacauan lagi.
Begitulah sifat anak yang nakal dan tidak bisa diatur.
-SELESAI-
0 komentar:
Posting Komentar