Kali ini saya akan membahas
mengenai arti dan kode pada lokomotif yang ada di Indonesia. Kalau kita melihat
kereta api lewat, kadang kita melihat istilah yang tertera di samping kabin
luar kanan & kiri lokomotif yang bertuliskan CC 201 92 12, CC 203 98 08, CC
204 11 01, CC 206 13 48 dsb namun kita tidak mengerti apa arti dari istilah
tersebut. Nomor-nomor tersebut merupakan identitas dari masing-masing
lokomotif. Bagi yang penasaran, disini saya akan mengulas tentang arti, kode
dan istilah-istilah tersebut.
Sebelum saya bahas lebih dalam,
saya akan beritahu sedikit tentang system penomoran lokomotif kereta api
Indonesia yang memiliki format umum di setiap lokomotifnya. Untuk formatnya
kurang lebih seperti ini :
“XX – XXX – XX – XX - XXX”
Format dari penomoran lokomotif
tersebut sebenarnya dipisah seperti berikut :
“XX – X-XX – XX – XX - XXX”
Dengan artian :
“CC 201 83 11 Dipo Induk PWT”
Keterangan :
CC : Menggunakan 2 bogie (huruf
C-nya ada 2) dengan masing-masing tiga gandar penggerak.
2-01 : “2” Tipe lokomotif diesel
elektrik dan seri lokomotif tipe “01”
83 : Tahun pertama dinas tahun
1983
11 : Nomor urut ke 11
Dipo Induk PWT : Kode kepemilikan
loko di Dipo Lokomotif Purwokerto.
Untuk lebih jelas lagi, ada
beberapa klarifikasi sebagai berikut :
- Klarifikasi jumlah gandar penggerak (lihat kode CC) :
A : Untuk satu gandar penggerak
B : Untuk dua gandar penggerak
C : Untuk tiga gandar penggerak
D : Untuk empat gandar penggerak
- Klarifikasi peralatan penerus daya (liat kode 201) :
1 : Untuk lokomotif diesel
2 : Untuk lokomotif diesel
elektrik
3 : Untuk lokomotif diesel
hidrolik
4 : Untuk lokomotif diesel
multipower (lokomotif diesel elektrik yang dilengkapi dengan pantograph atau
shoe gear seperti lokomotif listrik).
“Seri atau tipe lokomotif
memiliki bentuk dan spesifikasi tersendiri sehingga bdapat dilihat secara
langsung bentuk lokomotifnya seperti apa spesifikasi yang dimiliki lokomotif
tersebut.”
- Klarifikasi tahun dinas lokomotif (lihat kode 83) :
Tahun lokomotif mulai beroperasi
diambil dua angka terakhir, misalnya 1983 sehingga yang diambil hanya 83 nya
saja. Dalam penomoran lokomotif kereta api Indonesia dahulu tidak diantumkan
kode tahun lokomotif. Namun seiring berjalannya waktu, dilakukan penomoran
tahun lokomotif yang gunanya untuk mengetahui sudah berapa lama lokomotif
tersebut berdinas sehingga dapat diketahui kemampuan dan kekuatan lokomotif
berdasarkan factor umur dan perkembangannya.
- Klarifikasi nomor urut lokomotif (lihat kode 11) :
Penomoran urut lokomotif dilihat
berdasarkan urutan diproduksinya lokomotif atau tibanya lokomotif di Indonesia.
- Klarifikasi Dipo Induk (lihat kode PWT) :
Yakni tempat bernaung atau
kepemilikan dari suatu lokomotif. Ada
beberapa Dipo yang mempunyai hak kepemilikan lokomotif, yakni :
JNG : Jatinegara
THB : Tanahabang
BD : Bandung
CN : Cirebon
SMC : Semarang Poncol
PWT : Purwokerto
YK : Yogyakarta
MN : Madiun
SDT : Sidotopo
MDN : Medan
KPT : Kertapati
TNK : Tanjung Karang
Nah, udah jelaskan :D
Itu system penomoran baru. Kalo penomoran
yang lama ada lagi.
Sistem penomoran lokomotif dahulu
:
“XX – XXX – XXX – XXX”
Dengan artian :
1. XX : Jumlah gandar penggerak dan
banyaknya penggunaan bogie yang ditulis dalam format huruf
2. X-XX : “X” Klarifikasi lokomotif
X merupakan peralatan penerus daya yang dimiliki oleh lokomotif dan “XX”
merupakan seri atau tipe lokomotif yang ditulis dalam format angka.
3. XXX : Nomor urut lokomotif
ditulis dalam format angka.
4. XXX : Kode dipo Induk ditulis
dalam format huruf.
Contoh :
“CC 201 78 JNG”
CC : Menggunakan 2 bogie (huruf
C-nya ada 2) dengan masing-masing tiga gandar penggerak.
2-01 : “2” Tipe lokomotif diesel
elektrik dan seri lokomotif tipe “01”
78 : Nomor urut ke 78
Dipo Induk JNG : Kode kepemilikan
lokomotif Dipo Induk Jatinegara
Pengertiannya masih sama kaya
yang baru. Yang membedakan cuma nomor urutnya aja. Asalkan tahu perhitungannya
pasti ga susah koq, hehe :D
Ada sedikit tambahan lagi nih, gan. Tadi yang barusan dibahaskan lokomotif CC, sekarang giliran lokomotif BB nih. Ga usah panjang lebar yang penting ngerti :D
Contoh :
“BB 304 18 THB”
Dengan artian :
BB : Menggunakan 2 bogie (huruf
B-nya ada 2) dengan masing-masing dua gandar penggerak
304 : Tipe lokomotif hidrolik dan
seri lokomotif nomor 04
18 : Nomor urut ke 18
THB : Dipo kepemilikan lokomotif
Dipo Induk Tanahabang
Buat perhitungannya masih sama koq, masih sama kaya yang tadi :D hehe
Sekian postingan dari saya, kalo sekiranya
ada kekurangan atau kelebihan segera dilakukan perbaikan. Terima kasih.
Terimakasih, sangat membantu, apalagi kode nomor 4 untuk lokomotif diesel multipower, baru tahu saya :D
BalasHapus